Once upon a time in Philippines
Nah, pernah ngebayangin gak berenang di laut trus dikelilingin sama ikan hiu yang berseliweran ?? Ikan hiu yang panjangnya 7 sampai 8 meter dan jumlahnya gak hanya satu !!! Well itu lah salah satu pengalaman kami selama berpetualang di Philippines. Sebelumnya saya sempet mikir apa sih yang menarik dari Phillipines ? Setau saya, negara ini adalah salah satu pesaing Indonesia dalam hal pengirim tenaga kerja terbanyak ke luar negeri dan baru-baru ini negera tersebut baru saja dilanda musibah dengan dilanda gempa dan typhoon. Langsung saja, berikut tulisan singkat mengenai pengalaman kami merayakan suasana natal dan tahun baru di negera tersebut.
Tidak seperti biasanya kalo planning kami lakukan jauh-jauh hari, rencana untuk pergi ke Philippines kita dapetin sewaktu ngobrol-ngobrol di cafenya Vincent (*masih inget kan Vincent, koki kita waktu di NZ ). Entah mengapa pilihan kami jatuh pada Philippines. Tapi salah satu alasannya adalah dari segi biaya dan satu lagi yang pasti untuk mengobati rasa gatel kaki yang udah lama ga jalan-jalan. Hari pertama kita sampai di Cebu rasanya udah cape banget. Pagi itu kami melakukan penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Manila dan dilanjutkan dengan penerbangan Manila – Cebu. Belum lagi di hari sebelumnya kita tiba di Kuala Lumpur pada tengah malem. Di Manila kita sempat mengalamin delay selama sejam. Sebenernya asal mula tiket yang kami pesan adalah dengan tujuan Kuala Lumpur – Cebu. Namun penerbangan dengan maskapai Air Asia tersebut dicancel dan salah satu pilihannya adalah detour dengan rute KL-Manila-Cebu. Malam itu, kami hanya menyempatkan untuk makan di Jollibee. Jollibee ini adalah fast food restaurant localnya Philippines. Selama perjalanan, kami banyak melihat restaurant ini di mana-mana. Bahkan yang kami dengar dari warga local, Mcd dan KFC saja tidak bisa mengalahkan Jollibee kalo di Philippines. Keesokan harinya, kami bangun sekitar jam 4 pagi untuk bersiap-siap pergi ke pulau Bohol.
BOHOL
Perjalanan kami mulai dengan menuju ke ferry terminal. Dikarenakan kami hanya berada di Bohol selama satu hari, kami memutuskan untuk ikut tour di pulau tersebut. Perjalanan dengan ferry dari Cebu menuju Bohol ditempuh dalam waktu 2 jam. Tentu saja, selama dalam perjalanan kami terlelap tidur. Tau-tau pas buka mata sudah sampe di Bohol.
Tarsier The World’s 5 Smallest Mammals
Loboc River
Chocolate Hills
Sisa Reruntuhan Gempa Bohol Oktober 2013
Kami kembali pulang ke Cebu pada pukul 7 malam. Kami langsung menuju ke South Bus Station untuk mengecek jadwal bis menuju ke Oslob. Tidak ada papan schedule yang bisa kami lihat untuk memastikan jadwal di sana. Seorang petugas dari Cherry Line ( nama salah satu perusahaan bis di Phillipines ) mengatakan bahwa bis berangkat pada sekitar pukul 3.00 pagi. Kami menyantap makan malam kami di sebuah parkiran mall. Kami memesan bbq pork dan chicken. Di sana ada mesin karoke nya yang bisa dimasukin koin. Jadi siapa aja bisa nyanyi. Tampak banyak karyawan mall yang sudah selesai berkerja juga makan di tempat ini. Makanannya enakk dan murah. Kembali ke hotel, kami buru-buru istirahat mengingat kami hanya punya beberapa jam saja untuk tidur sebelum meneruskan perjalanan kami ke Oslob.
OSLOB
Saya yang tipikal orang susah bangun gak perlu kuatir kalo pergi sama Amank. Dia yang biasanya bangun paling pagi dan on time. Kuatir kalo-kalo bus nya penuh atau berangkat lebih awal dari perkiraan, kami berangkat dari hotel menuju ke bus station sekitar pukul 1 pagi hari. Aduh, ini mata rasanya perih banget pengen merem terus. Suasana di terminal bus pagi hari itu cukup ramai. Tidak perlu menunggu lama, bus yang akan membawa kami ke Oslob pun tiba. Bus non-aircon yang kursinya kecil banget. Si amank pinter milih kursi deket jendela sehingga bisa sandaran. Saya sendiri duduk di aisle dengan hanya 3/4 (*maaf) pantat saya aja yang nempel di kursi. Told you, kursinya kecil. Kami sampai di Oslob pada sekitar jam 5 lewat. Capek dan ngantuk banget karena di sepanjang perjalanan gak bisa tidur. Kami mampir di sebuah tempat penginapan dan meminjam pondoknya untuk numpang tidur beberapa jam. Kami hanya dikenakan biaya enterence fee saja yang harganya cukup murah. Tujuan kami ke Oslob sebenernya adalah untuk melihat The Giant Whale Shark atau warga lokal menyebutnya dengan Butanding. Hiu paus ini merupakan hiu pemakan plankton yang kalo menurut google panjangnya bisa mencapai 9 meter. Nah kalo ga bisa membayangin seberapa panjangnya 9 meter, coba aja bayangin kalo satu mobil avanza itu aja panjangnya sekitar 4 meter. Kami terbangun ketika matahari sudah bersinar terang. Jam sudah menunjukan pukul setengah 7 pagi. Kami pun buru-buru membeli tiket untuk dapat berenang bareng sama hiu paus. Harga tiketnya lumayan mahal. Lagi-lagi diskriminasi terhadap turis asing pun kami alami. Disini untuk turis asing dikenakan biaya 1000 peso sedangkan untuk turis lokal hanya dikenakan ???? peso.
Setelah itu kami diberikan briefing tentang peraturan selama berenang nanti. Salah satunya yang paling penting adalah Do Not Touch The Whale Shark. Kita bisa didenda jika ketahuan memegang hiu paus tersebut dengan sengaja. Kami menaiki sampan kecil dan setelah mencapai titik di mana whale shark berkumpul, kami hanya diberikan waktu 30 menit untuk bisa nyemplung dan berenang bareng mereka. Melihat hiu paus ini dalam jarak yang sangat dekat untuk pertama kalinya cukup mengintimidasi meskipun saya tau bahwa binatang ini hanya memakan plankton. Besarrrr dan panjang sekali ukurannya. Sering sekali mereka berenang mendekati kita. Terlepas dari ukurannya, hiu-hiu ini terlihat berenang dengan anggun dan pelan. Yup, kami berenang bersama mereka selama 30 menit dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat pengalaman ini menjadi salah satu yang berkesan di sepanjang perjalan ini. Kami menunggu bus yang akan membawa kami pulang ke Cebu di depan tempat penginapan. Menurut salah seorang karyawan bahwa bus ini lewat setiap 10 menit -15 menit sekali. Ternyata benar, banyak kok bus yang berlalu lalang. Namun sebagian tidak mempunya aircon ( bus yang sama seperti kami tumpangi di malam sebelumnya ). Akhirnya setelah menunggu sekitar 30 menit bus air con pun lewat. Bus tampak kosong. Hanya ada beberapa penumpang saja di deretan depan. Amank dan saya pun duduk terpisah agar lebih leluasa. Selama dalam perjalanan kami benar-benar tertidur pulas banget. Pas bangun-bangun tau-taunya sudah sampe di Cebu dan tanpa saya sadari kaki saya sedang menjepit seorang mas-mas yang taunya duduk di sebelah saya. OMG !! Beneran ga tau ternyata ada penumpang yang duduk di sebelah. Pas saya lihat kebelakang pun ternyata bus sudah penuh terisi. Muka mas-mas itu agak kesel. Tapi mending deh mukanya kesel dari pada pas saya liat doi sedang tersipu senyum senyum.
CEBU
Kami makan siang di sebuah rumah makan kecil di bus station. Sebelum kami kembali ke hotel, kami menyempatkan untuk mampir ke Cebu Provincial Detention and Rehabilitation Center atau disingkat CRDRC alias penjara di kota Cebu. Ngapain coba ke penjara ?? Nah, sebelum kami berangkat ke Philippines, kami pernah melihat sebuah pertunjukan di Youtube tentang penampilan para tahanan nge dance dengan jumlah yang banyak dan gaya yang serasi. Namun, setelah melakukan research kami masih tidak bisa menemukan jam pasti acara tersebut. Yang kami ketahui hanyalah acara ini dilakukan setiap hari sabtu terakhir pada setiap bulannya. Sebelum pergi pun kami sudah siap-siap kecewa siapa tau acara sudah lewat atau malahan sekarang sudah ditiadakan karena informasinya masih simpang siur. Pokoknya dicoba dulu aja deh. Kami sampai di sana pada sekitar pukul 2 lewat siang hari dan syukurlah ternyata acaranya baru akan dimulai pada pukul 3 nanti. Proses masuk ke dalam pun lumayan ketat. Isi tas kami pun diperiksa satu-satu. Trus dilanjutkan dengan body check. Selanjutnya kami diberikan briefing singkat tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan selama acara sedang berlangsung. Disini kita dilarang untuk memberikan apapun kepada para tahanan secara langsung. Jika memang ingin menyumbang, mereka mempunya panitia khusus yang akan menerima uang kita. Namun, setelah itu tetep saja kami melihat seorang turis bego yang melempar sebungkus rokok ke kerumunan para tahanan yang menyambutnya dengan rebutan. Turis itu pun langsung diberikan peringatan oleh para panitia. Kami para pengunjung duduk di lantai dua penjara. Para tahanan sudah terlihat berkumpul di lapangan. Pertunjukan pertama adalah acara tinju sesama tahanan dan dilanjutkan oleh acara utama yaitu Inmates Dancing. Para tahanan ini memakai pakaikan full orange yang sangat mencolok. Sangat menarik bisa melihat mereka dalam jumlah yang cukup banyak bisa bergerak dengan harmonis mengikuti beberapa lagu. Yang pasti butuh komitmen dan latihan yang sering untuk bisa membuat gerakan serasi seperti yang kami lihat. Asik juga nih ngeliat para tahanan yang sangar-sangar dan bertattoo-tattoo bisa nge dance dengan cukup terampil.
Sesudah ini kami diijinkan turun ke lapangan untuk berphoto-photo bareng dengan mereka. Wah, kapan lagi coba bisa photo-photo bareng di dalam penjara dengan para tahanan tanpa perlu takut. Beberapa sipir terlihat berjaga-jaga selama aktivitas ini berlangsung. Malam itu kami bertemu dengan dua orang teman kami warga Philippines, Marg dan Steve yang berbaik hati mentraktir kami makan malam. Kami diajak ke sebuah tempat bbq yang katanya cukup terkenal di kota itu. Saya dikasih tau bahwa orang Philippines sangat doyan sekali makan. Jika pada umumnya kita makan tiga kali sehari yaitu breakfast, lunch dan dinner. Di Philippines mereka bisa makan 5 kali sehari kata temen saya. Breakfast, before-lunch, lunch, before-dinner dan dinner. huahuaha. Setelah menyantap bbq ayam dan sosis kami pun diajak untuk menikmati cocktail di sebuah cafe kecil yang keren. Suasanya enak banget ditambah dengan disuguhkannya live accoustic performance dari band local. Selanjutnya kita diajak ke Tops, Busay. Di sini kita bisa melihat pemandangan kota Cebu dari ketinggian. Nah, bagi anda yang berminat untuk mengunjungi tempat ini saya sarankan untuk membawa jaket karena di sana cukup dingin dan berangin. Pemandangannya sangat menakjubkan. Kota Cebu terlihat sangat terang sekali dengan lampu-lampu keemasannya. Setelah itu kami diantar kembali ke hotel. Thank you Marg and Steve for your kind hospitality !
MANILA
Pagi itu kami menyempatkan diri untuk breakfast di hotel. Wah, rugi banget selama di hotel baru kali ini kami menyantap free breakfastnya karena biasanya kami udah hilang duluan. Siangnya kami menuju ke airport untuk berangkat ke Manila. Di airport kami menyempatkan diri untuk menyantap makanan khas lokal Philippines yang di sebut Lechon (*tidak halal).
Lechon (Bigulnya versi Philippines)
Di Manila kami menginap di MNL hostel di kawasan Makati yang merupakan pusat kota di Manila. Hostelnya kecil namun enak. Ada dapur yang bisa kita pakai (*inget buat cuci sendiri yang abis dipake) dan kamar mandinya pun bersih. Penjaga hostelnya pun masih muda-muda dan sangat membantu dalam menjelaskan setiap pertanyaan kami. Hari pertama kami di Manila, kami mengunjungi Intramuros. Intramuros adalah wilayah tertua dan pusat sejarah di Manila. Rumah-rumah tua bergaya kolonial Spanyol banyak kita dapati di sini. Kami masuk ke St. Agustine Church Museum. Museumnya gede banget. Kami sempat dua kali istirahat selama mengitari museum ini. Di dalamnya terdapat banyak barang-barang bersejarah agama Katolik. Contohnya seperti mahkota dan baju yang dikenakan santo santa, kereta arak-arakan, lukisan-lukisan indah dan patung-patung. Ternyata di dalam museum ini juga terdapat kuburan. Ketika kami keluar, hari sudah mulai gelap. Kami menyantap makan malam kami di daerah perumahan warga di belakang gereja dan setelah itu kami mengikuti misa mingguan di gereja St. Agustine.
San Agustin Church
Hari ke dua di Manila, merupakan hari yang Amank dan saya tunggu-tunggu. Hari ini kami berencana untuk mengunjungi sebuah daerah yang bernama Navotas. Kami makan pagi di hostel bersama 3 orang teman baru kami sesama penghuni hostel. Dua diantaranya merupakan mahasiswi asal Malaysia dan satu orang lagi adalah seorang cewe asal Amerika yang bernama Vik. Setelah mereka bertanya-tanya tentang rencana kami hari itu, mereka pun memutuskan untuk pergi bersama kami. Perjalanan kami mulai dengan menggunakan LRT ( Light Rail Transit ) sejenis MRT kalo di Singapura. Sistem jalurnya pun sangat mudah dimengerti. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan dengan bis. Tujuan kami ke Navotas adalah untuk mengunjungi sebuah area kuburan. Kuburan ?? Jauh-jauh ke Navotas hanya untuk mengunjungi kuburan ?? Iya.. bener banget. Sesampainya di Navotas, kami menghentikan sebuah tricycle untuk membawa kami ke area tersebut. Tricyle di sini adalah sebuah sepeda motor dengan sidecar dan mampu membawa kami berlima sekaligus. Memasuki area kuburan membuat perasaan kami campur aduk. Takut dan tercengang kaget melihat kehidupan warga di area sini. Di sini tinggal para warga miskin yang hidup tanpa ada pilihan lain selain berbaur dengan mereka yang sudah meninggal. Para warga membangun rumah gubuk di atas kuburan atau di sampingnya. Kami masuk jauh lebih dalam lagi dan melihat aktivitas warga di sana.
Kami mengamati anak-anak kecil bermain basket dengan ring tergantung di batu nisan dan beberapa warga terlihat sedang bergerombol bermain kartu di bawah terpal yang menaungi mereka dari panasnya terik matahari. Hampir semua dari mereka memberikan senyum dan menyapa kami. Di belakang area pemakaman terdapat beberapa perahu yang baru bersandar. Seorang nelayan menunjukan saya dengan senang sebuah kantong plastik kecil berisikan ikan hasil tangkapannya. Sampah berada di mana-mana. Beberapa kuburan terlihat sudah rusak dengan batu nisan yang sudah terlepas. Kami melihat tengkorak dan tulang-belulang di dalamnya. Ada juga kami melihat sebuah tengkorak diatas tumpukan sampah. Anak-anak kecil di sini sangat suka sekali di photo dan tidak ada satu pun dari mereka yang meminta uang receh kepada kami. Perjalanan saya di sini membuat saya tertegun dengan keceriaan mereka menghadapi hidup sehari-hari di dalam penuh kekurangan dan yang pasti mereka mengajarkan saya betapa pentingnya rasa bersyukur. Kami makan siang di sebuah tempat makan yang bernama Inasal. Inasal adalah sebuah food chain restaurant yang cukup terkenal di Philippines. Kami memesan bbq chicken yang menurut kami rasanya enak sekali. Selanjutnya kami memutuskan untuk pergi ke Manila Bay untuk melihat sunset. Namun kami terjebak macet di dalam jeepney selama berjam-jam. Sesampainya di sana langit sudah gelap dan pemandangannya pun menurut kami biasa saja.
Sisa-sisa tulang belulang di Navotas Cemetery
Anak-anak di Navotas Cemetery yang demen banget difoto
Grilled Bangus Fish at Mang Inasal
Hari ini adalah hari terakhir kami di Philippines. Kami berencana untuk mengunjungi dua gereja yang berada di daerah Quiapo. Gereja pertama yang kami kunjungi adalah gereja Saint John the Baptist Parish atau dengan nama lain Quiapo Church. Gereja ini terkenal karena di dalamnya tersimpan sebuah patung yang disebut The Black Nazarene. Sebuah patung Yesus yang sedang memanggul salib. Bagi mereka warga lokal Philippines, mereka mempercayai patung ini mempunyai keajaiban dan diarak setiap tahunnya pada tanggal 9 Januari. Di dalam gereja dipenuhi oleh banyak orang yang sedang berdoa terlepas pada waktu itu sedang tidak ada kebaktian. Sebagian dari mereka melakukan doa rosario dengan jalan berlutut dari pintu masuk gereja menuju ke altar. Selanjutnya kami mengunjungi The San Sebastian Church yang juga tidak jauh dari Quiapo Church.
Kami berjalan kaki melewati underpass dan pasar yang ramai. Di gereja ini, kebalikan dari Quiapo Church, sangat sepi sekali dan menciptakan suasana yang hening dan tentram. Gereja ini merupakan satu-satunya gereja yang ada di dunia yang terbuat dari besi. Selesai dibangun pada tahun 1891 dengan konsep Gothic.
San Sebastian Church
Malam ini adalah malam tahun baru. Semua orang menantikan malam ini. Beberapa teman di hostel merayakannya dengan pergi clubbing di salah satu tempat yang terkenal di Manila. Sedangkan Amank, menyarankan agar kami pergi ke Rizal Park saja untuk melihat bagaimana warga lokal merayakan malam tahun baru. Vik memutuskan untuk ikut bersama kami. Sesampainya di sana ribuan warga sudah memenuhi taman ini. Banyak dari mereka membawa alas dan makan malam bersama keluarga di sana. Well, malam itu kami menantikan detik-detik pergantian tahun di bawah patung monumen Jose Rizal. Kembang api yang terlihat seadanya dan teriakan dari para warga di taman mewarnai malam kami hari itu. Kami berharap semoga di tahun mendatang kami masih bisa untuk terus melakukan perjalanan ke tempat-tempat lainnya yang tak kalah menarik dari Philippines dan untuk teman-teman yang lagi membaca, tunggu apalagi ? Ayo gendong tas ranselmu dan mulailah perjalanan anda sendiri. Seperti salah satu quote favourite saya mengatakan, ” Travel is the only thing you buy that makes you richer. ” Sampai ketemu di perjalanan kmi selanjutnya ya.
Never Stop Travelling !!!
aku udah nonton videonya… keren… bagian favoritku yang inmate dancing… ^0^/
Hi Siti,
Thanks udah mampir ya 😉
Lama-lama bisa gila baca blog ini…jadi kepengen cabut dari kantor. Asyik banget…thanks for sharing Bro..
hi amank and heidy, can i have your contact ? email or anything ? i would like to ask about your nepal-tibet trip, if you dont mind. thank you 🙂
yo hi Kadek,
amankerstudio@gmail.com
bahaya tidak kalau perempuan solo travel di boho?
Om… masih inget ga transportasinya ke Navotas cementary slum… kita lagi dimanila rencana besok mau kesana, kita tanya orang lokal ga ada yg tau transportasinya malah disuruh naek taksi 😭😭😭, minta infonya yaq om
Lupa gan, yang pasti naik angkot ke bis station, lalu dari stasiun bis bilang aja mau ke navotas ntar bilangin sopirnya mau mampir ke navotas cementery, lalu dari situ naik becam motor ke cementery nya.
Semoga bisa membantu
~amank~