once upon a time in : Nepal (part 2)
Setelah puas mengunjungi kuil-kuil di Kathmandu, kami melanjutkan perjalanan kami ke beberapa kota lainnya di Nepal. Ternyata Nepal tidak hanya menawarkan kultur dan sejarah yang seakan tak pernah habis untuk diamati. Di sini kita juga bisa melihat pemandangannya yang begitu memukau dan mengesankan. Berikut lanjutan catatan perjalanan kami .
Kami bangun sekitar pukul 8 lewat pagi hari. Setelah mandi dan menyelesaikan sarapan, kami pun checked out dari hotel. Tujuan pada hari itu adalah ke kota Bhaktapur dan kami berencana untuk menginap di sana untuk satu malam. Kami menggunakan taksi untuk mengantar kami ke kota tersebut. Taksi di sana rata-rata ukurannya mini banget. Bisa dibilang seukuran dengan mobilnya Mr. Bean. Tas-tas kami pun harus dijejal paksa supaya muat di bagasi belakang. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 1 jam.
Taksi menghentikan kami di depan pintu masuk kota Bhaktapur. Selanjutnya kami harus membeli karcis untuk memasuki kota ini. Dari sini kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki karena ada peraturan bahwa mobil dilarang memasuki kawasan tersebut.
Tak heran jika mereka memanggil kota ini ” The Living Heritage”. Di sepanjang perjalanan kami melewati banyak candi-candi dan bangunan yang berumur ratusan tahun dan bahkan berabad-abad. Monumen-monumen dengan ukirannya yang indah menunjukan kehebatan para senimannya pada masa itu. Bangunan-bangunan di kota ini hampir semuanya menggunakan batu bata merah khas nepal dan mulai dibangun pada abad ke 12. Sangat sedikit sekali perubahan yang telah dilakukan kepada tempat ini. Berjalan diantara bangunan-bangunan itu memberikan kesan tersendiri buat kami dan memberikan kami pengalaman untuk melihat bagaimana kehidupan di Bhaktapur pada masa lampau.
Kami menginap di Cosy Hotel yang terletak di belakang pottery square. Para pengrajin tembikar berkumpul di pottery square ini untuk mengolah dan menjual karya seni mereka. Seperti biasa ketika kami sampai di sebuah kota, kami membiarkan diri kami tersesat di kota tersebut. Kami menelusuri gang-gang kecil tempat permukiman warga sekitar. Pada umumnya, ketika sebuah tempat menjadi kawasan pariwisata yang sering didatangi banyak turis, keramah tamahan dan kehangatan warganya pun biasanya cepat memudar digantikan oleh keinginan untuk bagaimana bisa mendapatkan uang dari kesempatan tersebut. Namun tidak di Bhaktapur. Di sini kami diundang masuk oleh seorang warga untuk melihat gudang penyimpanan berasnya dan melihat bagaimana dia berkerja. Kami juga sempat nongkrong bareng dengan para nenek-nenek yang kebetulan lagi ngumpul untuk bersantai. Hampir di setiap kaki para nenek tersebut mempunyai tattoo yang saya duga adalah simbol dari suku mereka. Namun sayang, akibat keterbatasan bahasa, kami tidak bisa bertanya banyak tentang hal tersebut. Beberapa wanita dengan asik memintal benang dengan menggunakan alat traditional di depan rumah mereka dan mereka memperbolehkan kami untuk memoto mereka dengan senang hati. Orang-orang di sini rata-rata friendly banget.
salah satu pemandangan sudut kota Bhaktapur
Seperti di Kathmandu, di sini kami juga menemukan Durbar Square yang tak kalah menariknya. Terdapat sebuah istana yang terkenal dengan sebutan 55 Window Palace.
Namun tempat ini sudah beralih fungsi menjadi museum.
Kami menyantap makan siang kami di sebuah bangunan tua yang unik. Kami naik ke lantai dua rumah makan tersebut yang menghadap langsung ke dua kuil tua yang bernama Bhairavnath Temple dan Nyatapola Temple.
Nyatapola Temple adalah sebuah kuil dengan bentuk pagoda dan merupakan salah satu pagoda tertinggi yang ada di Nepal. Terdapat 5 lantai di bangunan tersebut dan di setiap lantainya terdapat patung penjaga. Menurut catatan, kuil tinggi yang masih bediri gagah ini hanya membutuhan waktu satu tahun untuk membikinnya. Sesuatu yang sangat mengejutkan meingat ratusan tahun yang lalu peralatan tidaklah secanggih sekarang ini.
Pada malam harinya, kami duduk-duduk santai di depan sebuah kuil dan mendengarkan para musisi memainkan musik traditional nepal. Setelah itu kami kembali ke hotel untuk makan malam dan beristirahat, menyiapkan diri untuk hari esok.
Nagarkot
Setelah menyantap sarapan kami di lantai paling atas hotel, kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju Nagarkot. Taksi kecil kami melewati jalan yang menanjak untuk bisa sampai tempat penginapan. Memang ada beberapa tempat penginapan yang tersedia di Nagarkot namun kami memilih yang paling tinggi supaya bisa melihat pemandangan dengan lebih jelas. Nagarkot sendiri terkenal dengan pemandangnya yang indah. Dari sini kita bisa melihat deretan pegunungan Himalaya dan Everest. Kami menginap di Country Villa. Kamarnya bersih dan sangat nyaman. Kamar kami mempunyai sebuah jendela besar dan balcony yang menghadap langsung ke deretan pegunungan dan perbukitan. Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan di sini selain beristirahat dan menikmati pemandangan. Seiring malam menjemput, suhu bertambah dingin. Kami banyak menghabiskan waktu di cafe hotel yang juga mempunyai jendela besar sambil menikmati seteko chai panas. Kami menyantap makan malam di hotel. Restaurant hotel pada saat itu dipenuhi oleh turis-turis dari China. Duhh.. mereka tuh kalo ngomong nyaringnya minta ampun haha.
Pemandangan dari balkon tempat kami menginap di Nagarkot
Keesokannya, kami bangun pagi-pagi sekali untuk menikmati pemandangan sunrise Nagarkot yang terkenal. Namun sayang cuaca agak sedikit kurang mendukung sehingga kami tidak bisa melihat Gunung Everest yang sudah kami nanti-nantikan. Namun bahkan dalam cuaca seperti ini pun pemandangan yang disuguhkan sangatlah indah dan mempesona. Dari ketinggian sekitar 2000 meter, kami menatap awan-awan terbentang luas di bawah kami. Sangat berbeda dengan hari-hari kita pada umumnya di mana biasanya kita melihat awan di atas kita. Awan-awan itu nampak kekuningan memantulkan cahaya dari matahari yang mulai naik. Jika memang ada sebuah negeri di awan, inilah tempatnya. Lama-kelamaan awan pun mulai menghilang digantikan oleh kabut tipis yang menyelimuti lembah dan terlihatlah kembali rumah-rumah penduduk di bawah sana.
Pokhara
Puas menikmati pemandangan pagi yang disuguhkan di Nagarkot, kami pun segera berkemas dan makan pagi. Mobil sewaan kami sudah menunggu di depan hotel untuk membawa kami ke Pokhara. Sebuah perjalanan panjang yang akan kami tempuh selama kurang lebih 8 jam.
dipertengahan jalan kita bisa mampir di River Side Springs Resort untuk makan siang
menu favorit kami selama disana “Nepali Set” (Nasi, Kare Ayam, Sup Kacang Ijo, Acar, Krupuk, Yogurt)
Jika di Kathmandu dan di Bhaktapur kami puas melihat kuil-kuil tua yang eksotis, di Pokhara kami disuguhkan dengan pemandangan gunung-gunung tinggi bersalju. Bagaimana tidak, tiga dari sepuluh gunung tertinggi yang ada di dunia terletak berdekatan dengan kota ini. Nama tempat penginapan kami adalah Lotus Inn. Kamarnya cukup sederhana namun bersih dan dilengkapi oleh kamar mandi di dalam. Ganesh si pemilik penginapan pun sangat ramah dan cukup membantu selama kami menginap di sana. Setelah menaruh tas di kamar dan beristirahat sejenak, kami pun naik ke lantai paling atas hotel untuk menikmati pemandangan gunung bersalju. Seperti di Pokhara, cuaca masih sedikit berkabut pada saat itu. Kami berkenalan dengan dua pria yang berasal dari Kathmandu yang menginap di tempat yang sama dengan kami. Mereka berkerja sebagai jurnalis namun sedang berlibur di Pokhara. Mereka sangat friendly dan kami pun menghabiskan sore itu untuk ngobrol-ngobrol. Ketika kami memberitahukan kepada mereka bahwa kami akan kembali ke Kathmandu besok lusa, mereka menunjukan muka prihatin. ” Do you already have your plane tickets ? ” dia bertanya. Kami pun menjawab bahwa kami berencana untuk membelinya besok hari. Ternyata menurut informasinya, besok di Pokhara akan terjadi demo di airport dan airport pun akan ditutup total sehingga penerbangan pada lusa harinya hampir bisa dipastikan penuh. Kami lantas kaget dan memikirkan jalur alternatif untuk bisa kembali ke Kathmandu. Kalo lewat jalan darat sih udah males banget. 8 jam lebihh gitu loh. Pantat rasanya udah jadi satu sama kursi mobil yang busanya keras gitu. Kalo naik bis udah bisa dibilang bakalan makan waktu lebih banyak lagi karena sering stop. Kami mencoba untuk menghubungi travel tempat kami menyewa mobil untuk menanyakan dan memesan langsung ticket jika memang masih ada yang kosong. Ternyata setelah setengah jam lebih pihak travel pun menyatakan menyerah dan menyarankan kami untuk lewat jalan darat saja.
pemandangan himalaya yang cantik ketika matahari terbenam
Namun, kami sedang beruntung. Salah satu jurnalis itu berhasil membantu kami mendapatkan tiket pesawat untuk pulang ke Kathmandu.
Malam itu kami makan malam di sebuah rumah makan kecil di dekat danau yang juga berdekatan dengan penginapan kami. Setelah itu kami kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Setelah sarapan, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Tashi Palkhiel. Salah satu dari empat tempat pengungsian warga Tibet di Pokhara. Sejak negara mereka dijajah oleh China, banyak warga Tibet mengungsi ke negara tetangganya. Hidup tidaklah mudah bagi mereka. Banyak dari warga di camp ini mencari uang dengan menjual pernak-pernik dan kerajinan tangan khas Tibet ( jadi kalo ada yang mau belanja buat oleh-oleh disarankan di sini aja yah ). Tashi Palkhiel sendiri dibangun pada tahun 1960. Kami masuk ke dalam kuilnya yang besar yang pada saat itu sedang dilakukan sebuah ritual. Banyak bhiksu muda dan tua berkumpul mebacakan doa dengan khusuk yang sesekali diiringi oleh bunyi terompet yang berukuran panjang sekali. Doa terdengar misterius dan unik bagi saya yang bukan beragama Budha. Namun, saya merasa nyaman dan tenang berada di dalam sana. Kami tidak memoto sama sekali untuk menghormati upacara yang sedang berlangsung. Sebelum pulang, kami sempat ngobrol-ngobrol dengan seorang Bhiksu penjaga toko cendera mata. Vero membeli sebuah terompet yang bentuknya unik dan dihiasi oleh ukiran-ukiran dari kuningan yang eksotis. Meniup terompet ini ternyata gak bisa asal-asalan. Amank dan saya mencoba beberapa kali namun si terompet enggan menggeluarkan suaranya. Bhiksu di sana rata-rata sangat bersahabat dan sangat terbuka dengan para pengunjung. Amank dan saya pun membeli beberapa praying wheels mini dan gelang yang dirajut dengan tangan.
Tashi Palkhiel salah satu tempat pengungsian Warga Tibet di Nepal
Satu hal yang juga tidak boleh dilewatkan di Pokhara adalah mengunjungi Phewa Lake.
Danau ini adalah danau terbesar kedua di Nepal. Di danau ini terdapat banyak perahu-perahu kecil untuk disewakan. Kami menyewa sebuah perahu untuk membawa kami dari satu sisi danau ke sisi lainnya. Di tengah-tengah perjalanan kami mampir ke sebuah pulau kecil. Di pulau kecil ini terdapat sebuah kuil Hindu tua yang bernama Barahi Temple. Sebuah kuil yang dibangun untuk Dewi Barahi, salah satu dari dewi-dewi yang ada di agama Hindu. Kami juga sempet duduk-duduk bareng dengan para pemuda lokal yang sedang memancing ikan-ikan kecil di pinggir danau. Umpannya sih biasa saja yaitu berupa cacing tanah. Namun uniknya, setiap kali mereka meletakan cacing itu dikail, mereka meludahi umpan itu sebelum dicemplungin. haha Entah untuk apa manfaatnya.
Phewa Lake
Sore itu cuaca lumayan cerah. Ganesh si pemilik tempat penginapan mendatangi kami di kamar dan menyuruh kami supaya cepat naik ke atas untuk menikmati pemandangan sunset. Gunung-gunung salju terlihat jelas dan seperti biasa mempesona. Burung-burung berterbangan untuk kembali ke sarangnya dan matahari pun lambat laun mulai turun untuk menerangi sisi lain belahan bumi.
Malam harinya kami berjalan kaki menelusuri kota Pokhara. Di sepanjang jalan terdapat banyak sekali restaurant-restaurant yang menyediakan makanan lokal maupun western food. Kami mampir ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa postcards yang akan kami kirim ke beberapa teman kami di Indonesia.
Kembali ke Kathmandu
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap-siap pergi ke desa Sarangkot untuk melihat pemandangan sunrise. Desa ini terletak di sisi gunung dengan ketinggian 1600m. Ketika kami sampai di sana, pemandangan masih nampak sedikit gelap kebiru-biruan. Tak lama kami menunggu, matahari pun mulai naik. Nampak di hadapan kami pegunungan Himalaya yang anggun dan megah. Salju di atas gunung sana tampak kuning keemasan. Diantara beberapa gunung yang kami lihat, Gunung Machhapuchhre atau lebih dikenal dengan sebutan The Fish Tail Mountain adalah gunung favourite kami. Bentuknya yang unik menyerupai buntut ikan dan dipenuhi oleh salju. Menurut catatan, tidak ada pendaki yang pernah naik sampai ke puncak gunung ini. Gunung ini dianggap suci oleh penduduk setempat sehingga pendakian pun dilarang. Pagi itu kami banyak menghabiskan waktu di Sarangkot hanya untuk menikmati pemandangannya yang indah. Pemandangan yang menenangkan jiwa kalo saya bilang. ciee… hehe.
lokasi terbaik untuk melihat sunrise di Sarangkot cuman bayar 10 NPR bonus Teh Jahe 😀
Pesawat yang akan membawa kami pulang ke Kathmandu berangkat pada siang hari. Setelah mengucapkan perpisahan kepada Ganesh, kami pun berangkat menuju ke airport dengan menggunakan taksi. Terlihat di depan airport masih berlangsung demo. Terdengar nyanyian-nyanyian para demonstran dengan alat pengeras suaranya. Pesawat yang kami tumpangi adalah pesawat kecil dengan dua baling-baling disayapnya.
Kami sampai di Kathmandu pada sore hari. Area kedatangan untuk penerbangan lokal tampak berbeda dengan area kedatangan untuk penerbangan international. Sesuatu yang menurut saya unik, tempat pengambilan bagasinya pun berada di luar gedung. Tidak ada conveyer system yang membawa bagasi kita. Jadi semua barang-barang diletakan begitu saja dan kita harus teriak-teriak kepada petugas sembari memberikan bukti bagasi untuk mendapatkan barang-barang bawaan kita. Nah, bayangin aja kalo di sana ada puluhan orang yang sedang teriak-teriak pada saat yang bersamaan. haha. Persis deh kayak pasar pokoknya.
Kami menginap di tempat yang sama pada waktu kami datang pada pertama kalinya di Kathmandu. Kami kembali berjalan-jalan di sekitar Thammel yang pada malam itu begitu sesak dipenuhi oleh warga lokal dan turis-turis asing. Kami mampir ke sebuah toko kecil untuk membeli beberapa oleh-oleh kecil berupa gantungan kunci dan magnet kulkas. Si penjaga toko adalah seorang pria muda yang sangat friendly dan suka berbicara. Dia menanyakan berbagai macam pertanyaan tentang Indonesia. Kami pun betah berada di tokonya dan akhirnya pulang ketika dia mau menutup toko. Malam itu adalah malam terakhir kami di Nepal. Kami berjalan-jalan di kawasan Thammel sampai kawasan tersebut terlihat sepi. Hanya ada beberapa bar yang masih buka dan kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat.
Keesokan harinya, kami menyempatkan untuk berbelanja di kawasan Thammel. Kaos-kaos bermerk seperti Northface, Colombia dan sebagainya dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Tapi tetep harus pakai nawar juga. Untuk masalah kaosnya asli atau gak saya kurang begitu ngerti deh. Yang penting kainnya enak buat dipake. hehe.
Pesawat kami berangkat sekitar pukul setengah dua siang hari. Pesawat lepas landas dan pandangan saya tertuju pada daratan di bawah. Mungkin suatu hari nanti kami akan mengunjungi negara ini kembali.
Bangkok
Kami memilih Lubd sebagai tempat penginapan kami di Bangkok. Tempatnya asik banget. Designnya menarik dan para staff nya pun masih muda dan bersahabat. Ada deretan komputer juga di lobby yang bisa digunakan secara gratis oleh para tamu. Saya sangat menyarankan untuk mencoba hostel ini jika anda sedang pergi liburan di Bangkok. Kamar kami mempunyai 2 ranjang susun yang muat untuk berempat.
Satu hal yang juga ingin kami lakukan di Bangkok adalah menonton Muay Thai secara langsung. Dengan menggunakan tuk-tuk kami pun berangkat menuju ke Lumpinee Stadium. Tiket untuk turis asing sangatlah mahal. Kami membeli tiket tersebut seharga 2,000 Baht per orang. Lumpinee Stadium adalah salah satu stadium terkenal di Bangkok. Jadi sangatlah mudah untuk bisa sampai ke tempat ini karena para supir tuktuk atau taksi pasti mengetahuinya. Tapi perlu dicatat juga, bahwa pertandingan tidak selalu ada setiap harinya. Jadwal pertandingan hanya ada pada hari Selasa, Jumat dan Sabtu. Suara riuh rendah para penonton memenuhi seisi stadium. Cukup menarik melihat beberapa penjudi menggunakan kode-kode tertentu dengan jari mereka untuk memasang taruhannya. Malam itu pertandingan berlangsung beberapa kali. Rasanya seru juga melihat pertandingan ini secara langsung. Beberapa petinju ada yang K.O dan malah ada yang harus ditandu keluar dari ring.
Setelah puas menonton pertandingan-pertandingan Muay Thai yang berlangsung selama beberapa jam itu, kami pun kembali pulang ke hostel. Tuk-tuk di Bangkok hampir rata-rata gak bisa liat jalanan kosong. Pasti langsung tancep gas. Ngebutnya kenceng abis deh pokoknya. haha.
Malam itu kami tidur dengan nyenyak. Tidak terasa bahwa perjalanan ini akan berakhir esok. Perasaan baru kemaren ngepak-ngepak barang dan memulai perjalanan ini.
Home Sweet Home
Setelah check out dari hostel kami pun berangkat menuju ke airport. Pesawat kami akan berangkat pada sekitar pukul setengah 12 siang. Merasa masih ada waktu yang tersisa, kami pun menyantap makan pagi kami di airport. Kami makan dengan santainya hingga kami juga gak sadar bahwa waktu keberangkatan sudah hampir tiba. Begitu terdengar pengumuman bahwa para penumpang disuruh masuk ke dalam pesawat, kami pun akhirnya berlari-lari menuju ke gate kami. Parahnya lagi, gate kami terletak di paling ujung yang jaraknya jauh banget dari tempat kami makan. Alhasil, begitu masuk dan duduk di kursi pesawat nafas kita udah ngos-ngosan. Amank dan saya duduk bersebelahan. Sedangkan Vero duduk di kursi belakang. Masih dalam proses mengatur nafas yang masih gak beraturan, tiba-tiba terdengan suara nyaring Vero, “Ehhh terompet gw manaa !!!!”
Astaga, ternyata terompet Vero ketinggalan ketika dia sedang membelikan titipan temannya waktu di dalam airport tadi. Vero yang tadinya udah siap-siap mau loncat dari pesawat untuk ngambil terompet itu dilarang keluar karena pesawat udah mau berangkat. Tapi beruntung, petugas bandara begitu sigap dan akhirnya menemukan terompet itu. Terompetnya sekarang sudah berada di tempat yang aman dan dititipkan dengan teman Vero yang tinggal di Bangkok. =)
Kami sampai di Jakarta dan akhirnya berpisah. Vero melanjutkan perjalannya pulang ke Bandung dengan menggunakan bis sedangkan Amank dan saya harus menunggu penerbangan kami berikutnya untuk membawa kami pulang ke Banjarmasin. Kami mengucap syukur kepada Tuhan atas perlindungannya selama dalam petualangan hingga dapat kembali pulang ke Indonesia dengan selamat.
Nepal merupakan sebuah negara yang begitu menarik untuk dikunjungi. Sebuah negara yang kaya akan kultur dan budaya. Pemandangan Gunung Himalayanya yang begitu mempesona dan orang-orangnya yang ramah. Sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan dan kami pun merasa beruntung untuk dapat berpetualang di negeri ini. Inilah akhir dari kisah perjalanan kami. Sampai bertemu di perjalanan kami berikutnya yah dan semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi inspirasi buat anda.
Salam manis,
Haidy / Neverstoptravelling
//
HAlo , salam kenal
kebetulan saya agustus nanti mau ke nepal , ada beberapa pertanyaan saya
1) untuk taxi dari kathamamdu ke bakhtapur dan bakhtapur ke nagarkot , apakah gampang mencari taxi disana?
2) Hotel apa yg kalian pilih pada saat kalian di nagarkot?
Trims 🙂
Hai Vicky,
untuk taksi sangat gampang, bisa pesan juga lewat hotel kalo ga mau repot.
di Nagarkot kita menginap di Hotel Country Villa (baca blog di atas)
~amank~
Thanks for your quick respond
🙂 heheh , btw ada plan kemana dalam waktu dekat ini?
udah pernah Luang prabang (Laos)?
Belum ada rencana kemana2,
Haidy saat ini sedang di Rusia dan skandinavia juga.
Laos sementara belum 😉
~amank~
hi Amank,
Lanjut lagi pertanyaan saya, di pokhara untuk pergi ke tashi palhkiel kita bisa naik apa? taxi? atau lebih baik sewa mobil?
Juga saat pagi hari kalau mau liat sun rise, ke sarangkot apa naik taxi juga? berapa jauh jarak dari pokhara (misalnya saya menginap di sekitaran phewa lake)?
cukup ga 2 hari untuk menikmati pokhara?
Ingka
hi Ingka,
ke Tashi Plhikel dan ke sarangkot kita naik taxi, karena jaraknya deket aja dan jauh lebih murah naik taxi.
di Nepal kita tidak diijinkan menyewa mobil dan menyetirnya sendiri (sewa mobil wajib pake sopir nepal).
ke Nepal 2 hari cukup tergantung sampenya jam berapa?
kalo sampe pokhara siang : cukup
sore main di phewa lake + sunset di balkon hotel,
besoknya sunrise di Sarangkot sambung ke Tashi Pashikel
hallo Amank,
satu lagi pertanyaan (mungkin, hehehe). Gimana masalah telekomunikasi di nepal? saya pengguna XL dan ternyata XL gak ada kerjasama dengan nepal. Indosat saya cari infonya juga ternyata hanya untuk pasca bayar.
mudah ga beli simcard prabayar disana??
Nah, kebetulan untuk yg satu itu saya nggak tau juga, hahaha
Soalnya kalo liburan saya ngga pernah idupin sinyal, kecuali nemu wifi buat bbm an,, hahaha
hi amank, mo tanya tanya nih.
saya rencana november ini mau ke nepal. mungkin sekitar 5-8 hari di sana, trus lanjut mau trip ke tibet via kathmandu. boleh bagi info ga. kira2 kalo 5 hari bisa ke mana aja di nepal.
trus kalo ke pokhara pake pesawat sekitar berapa ya tiketnya?
untuk tempat menginap yg recomend dimana? saya rencananya sendirian, soalnya belon ada temen yang minat hehehe. n biaya hidup kira2 per hari berapa ya di sana sekalian sama harga kamarnya. sorry banyak nanya nya
cheeers
hai Angga,
kalo 8 hari bisa ikutin itinerary yang sama seperti yang kami lakukan kemarin.
silahkan download disini, semua info lengkap beserta biayanya
Hai Pak,
boleh minta itinerarynya..
rencana di 2016 saya mau explore nepal sendiri hehehe
christian.marcelly@gmail.com
Thank you
hallo amank, linknya ga bisa kebuka, bisa tolong kirim ke email aja : lorentzdvl@gmail.com
thx ya
Halo Amank , ini mau share info2 aja . Lebaran 2013 lalu , gue sama temen gue ke Kathmandu ( gue banyak dapet info dari neverstoptravelling.com, hehehhe) . Dari bandara ke Thamel ( kalo nginep ,wajib di Thamel lahhh) , kami pake taxi prepaid 650 Rupee.
Kami ke kantor travel setempat dan orangnya ramah bgt dan harganya reasonable.
Untuk sewa mobil ( includ 1 supir dan 1 guide bahasa inggris) seharian ( bebas mau ngunjungin apa aja di kathmandu) harganya USD 50 ( harga exclude tiket masuk).
Nama travelnya : Adventure himalaya Circuit Treks
Nama PIC nya : Kabindra Lamsal .
Cell no : +977-9841066322
Email : lamsal_kabi@hotmail.com
KAmi tinggal di Gaju hotel (sekitar Rp 400 ribu an) dan ambassador garden (sekitar Rp600ribuan ( bisa liat di agoda). Gaju kamarnya ok , ambassador kamarnya agak kecil tapi lokasi tepat di pusat keramaian Thamel.
Untuk Informasi tambahan , kami juga cobain mountain flight . ( terbang 1 jam pake pesawat kecil muter2 pegunungan himalaya) . naiknya dari airport Tribuvan ( yg local flight)
Pesawatnya pake Simrik airlines or Buddha air ( kami pake Simrik). Bisa dibeli sama si Kabindra ini , harga USD 155 / orang
Buat org yg suka petualangan dan peradaban kuno , NEpal itu Surga abis!
ok deh , segitu dulu , hehehhe
Halo Amank, blog kamu membantu sekali 😀 Tapi saya tdk bisa download itinerary nya. Bisa tlg email ke mya.chanas@gmail.com. Oya, dari hotel pergi ke boudhanath stupa, lanjut ke pashupatinath temple, ngeliat burning gath di sungai bagmati, trus ke swayambunath temple, durbar square, itu semuanya dengan berjalan kaki? Apa lokasi2 tersebut saling berdekatan? Thx a lot infonya yaa 😀
Hi Mira,
Itinerary udah kita email ya,
Lokasi2 wisata diatas itu deket tp untuk ukuran kaki kami tidak memungkinkan untuk jalan kaki, kecuali durbar square yg masih dalam wilayah thamel, selebihnya kita bisa naik taxi (jgn lupa di tawar) 😀
Saya dan suami berencana ke Kathmandu, nagarkot, dan pokhara pertengahan Januari 2014 nanti. Untuk kamar ada beberapa pilihan pake AC dan non AC, harganya jg beda, dan kami berniat booking yg non AC saja, krn sepertinya pada bulan itu di Nepal cukup dingin, selain biar hemat jg, hehe. Ato ada saran lain ga mank? Btw, Thx a Lot itinerary nya ya 😀
Hi, Mira
sepertinya tidak perlu,
kamar kami waktu itu (pertengahan tahun) juga ngga pake Ac dan tetap nyaman 🙂
Hai Amank thank buat blog ny, keren dan menginspirasi. Saya dan Suami juga reincarnation ke Nepal Januari 2014, apa Nanti ketemu mbak Mira, yg coment di atas yah hehe. Saya mw Tanya klo booking hotel semua di Nepal harus dr Indonesia atau bisa langsung on the spot? Boleh juga donk di Kirim itinerary ny ke windialzahra@gmail.com thank a lot
hi amank… seru bgt tripnya 🙂
aku rencana bulan feb ke Nepal.. boleh ngintip itinerarynya kah? hehe
email : prisciliasilia@gmail.com
Makasih banyak 🙂
agustus ini saya dan seorang kawan akan ke Nepal, baca blog ini ngebantu banget. salam kenal semua. bisa minta itinerarynya? di anggunwcaksono@gmail.com. lihat video kalian semakin nggak sabar kesana.
ada rencana bikin buku? it should be a book 😀
Hallo Anggun,
Itinerarynya udah kita kirim ya,
Kalo buat buku kita masih belum ada rencana, hehehe
~amank~
Selamat pagi mas, saya berencana mau ke Nepal juga pertengahan tahun ini.
Bisa minta share itinerary + biaya yang diperlukan. Bisa di email ke: tonnyoscar@gmail.com
Terima kasih.
Itinerary bisa di download disini ya
~amank~
hi amank, baca blog anda bikin saya iri :). saya mao rencana ke nepal, bisa kirim itinerary ke email saya di rizkyf@gmail.com ?
thanks
Itinerary bisa di download disini ya
~amank~
Nice blog amank,.boleh donk share itinnya di ccoeb05@gmail.com
gw ada rencana ke Nepal taun depan tapi sekalian trekking k Himalaya. Blog lu membantu kasi info bgd ttg di nepal. Thanks bro. ditunggu y itin ny ..
Itinerary bisa di download disini ya
~amank~
Hi Amank. Nice blog! Saya 30 Juli besok ke Nepal sampai 11 August. Solo traveller. Ada beberapa hal yang mau saya tanya. Boleh minta email Amank? Saya bisa dikontak di yaditya.emil@gmail.com
Thanks a lot ya
Hi Emil,
siappp anything yang bisa kami bantu,
amankerstudio@gmail.com
~amank~
Hello,, salam kenal Amank dan Haidy!
Wah, blognya keren sekali..
Kebetulan saya juga lagi searching-searching tentang Nepal.
Informasinya lengkap dan membantu sekali.
Jadi makin pengen kesana setelah membaca ulasan perjalanannya.
Regards,
Nita
Senang sekali buat pujiannya.. Thank you ya sudah mampir
– Haidy –
Hi Amank,
sy udah bolak balik ngliat vidio kalian, dan bahkan ampe download, karena saking serunya perjalanan kalian di Nepal & di NZ
btw sy nanti tgl 28 oktober – 2 november jalan2 di Nepal. Kemungkinan besar bakal ngikutin itin nya amank & haidy.
ada tips2 untuk nyari hotel ngga bro ? sy berdua berangkatnya.
Thanks a lot.
Anthony
Hi Anthony, sorry for the late reply. Untuk nyari hotel biasanya kita cek informasinya di Tripadvisor.
Nah di sana kita bacain commentnya dari yang pernah nginep di hotel tersebut. Cara ini cukup ampuh kok, soalnya photo2 dari website resminya hotel kadang agak berbeda dengan kenyataan. Belum lagi ttg kebersihannya. Rata-rata tamu yang meninggalkan comment di Tripadvisor jujur2 kok. Semoga bisa membantu.
– Haidy –
@haidy thanks bgt buat infonya. kita udah dpt semua hotelnya.
Ada 1 lagi yg pgn kita tanyain bro, brp harga taxi yg kalian naek dr nagarkot ke pokhara ? bgitu juga dgn bhaktapur ke nagarkot ?
Semua taxi harus nawar ya ? gimana kalian ngedapetinnya ?
Thank you
Anthony
sama sama bro. Untuk rinciannya kebetulan udah lupa nih. Tapi kalo untuk cari penyewaan mobil atau taksi gampang kok di Nepal. Apalagi kalo anda nginepnya nanti di daerah Thammel. Kiri kanan banyak travel agents yang bisa membantu. Nanti jangan lupa dibandingkan aja harganya ya bro.
hi amank & haidy,
salam kenal 🙂
langsung mau nanya nih … kalau dari sarangkot terus lgs sambung ke tashi palkhiel, taxi- nya nunggu atau bisa ditinggal dan cari taxi baru di sana? thanks ….
Hi Na,
Kemaren kita minta ditinggal dan cari taxi baru.
Haidy
Mantap.. Saya lagi rencana natalan disana skalian hanimun..
Link donlod itin nya pada ga bisa . Boleh minta tolong kirim ke best.orthopaedic@yahoo.com
Terima kasih and keep travelling
Mantap. Saya rencana natalan disana.. Bole minta kirim iti nye ke best.orthopaedic@yahoo.com karena link donlod nya ga bisa, thanks before yaa,sukses
halo amank. saya besok mau berangkat ke kathmandu nih bakal tinggal di thamel untuk medical placement for 2 weeks. saya mau coba explore as much as possible kayak ke nagarkot dan ke bhaktapur. mau tanya kalo ongkos taksi dari thamel -> bhaktapur dan dari bhaktapur -> nagarkot itu berapa yah? bisa ngak kalo ga stay over night di bhaktapur dan balik ke thamel? atau ga di rekomendasi? dari thamel ke nagarkot itu berapa lama yah kalo naik taksi dan harganya berapa? trims yah. maaf banyak pertanyaannya.
halo buditan,
ongkos taksinya saya dah lupa berapa kmrn share ber3 jadi ga terlalu mahal,
Thamel ke Bhaktapur deket aja jadi bisa PP,
Thamel – Nagarkot kurang tahu persisnya kmrn kita dari Bhaktapur – Nagarkot sekitar 3 jam kalo di google maps sih deket aja tapi karena jalannya muter2 gunung jadi agak lama.
~amank~
Ka… aku gk bsa download literally ny.. please email ke khairunnisa_sutedjo@yahoo.com. Planing 2015 kesana…
Well..suka banget Baca blog kalian..jelas n informatif banget..
udah buka banyak link itinerary nya tapi ga bisa di download terus :” tolong email dong kaa ke ansrmdhn@gmail.com
aku udh bukain link2 itinerary nya tapi ttp gbs di download :” boleh tolong kirim ga kak ke ansrmdhn@gmail.com makasii^^
Halo….kepikiran Nepal dan buka web ada blog ini. Apa bisa saya minta tolong dikirim itinerary untuk Nepal? Oh btw, saya Nina 🙂 . Please send the itinerary here: nmarina87@gmail.com. Thankssss a lotttt
Hallo,
Bole minta dikirim itinerarynya ke lilyana16@yahoo.com
Thx ya 😊