Once upon a time in India (day 6)

Untuk pertama kalinya hari ini, kami bisa bangun dengan santai. Kami membuka mata di mana matahari sudah lebih dulu terbit.

Hari yang baru, tempat yang baru dan tentu sajaa.. pertualangan yang baru !!

6. Beautiful Pushkar

Tadi malam kami tidur dengan menggunakan kaos lengan panjang, sleeping bag dan dilapisi oleh selimut.  Kalo bukan karena gengsi sama amank, saya juga sudah memakai jaket sekalian. Pushkar memang sangat dingin. Pada musim dingin seperti yang kita alami saat ini, suhu bisa jatuh di bawah 10 derajat celcius.

Kami bangun pada jam 9 pagi. Kami tidak tergesa gesa karena tidak ada kereta yang harus kami kejar ataupun aktivitas pagi yang akan kami lakukan. Satu-satunya aktivitas yang akan kami lakukan adalah pada pukul 10 nanti. Kami akan menyewa seorang guide lokal yang akan membantu kami berkeliling di kota Pushkar. Sehabis sarapan, kami masih mempunyai waktu senggang. Kami memutuskan untuk berkeliling di Holy Lake melihat aktivitas pagi warga sekitar. Di sini burung merpati terbang dari satu sisi danau ke sisi lainnya secara bergerombol. Suara gemuruh kepak sayanpnya terdengar jelas ketika melintas di atas kepala kami. Para pengunjung Holy Lake dapat memberinya makan dengan membeli biskuit-biskuit yang dijual di sekitar danau.

Tepat pada jam 10, guide menjemput kami di hotel. Seorang pria tinggi yang berumur sekitar 50an. Kita bertiga akan melakukan sedikit trekking di perbukitan kota Pushkar.

Perjalanan menuju bukit sangat menarik untuk dilewati. Kami melihat perkebunan mawar. Cukup mengejutkan bahwa kota gurun ini adalah salah satu penghasil mawar terbanyak di India. Beberapa kawanan rusa juga terlihat sedang berteduh di bawah pohon dan saya merasa senang bisa melihat rusa dalam jarak yang cukup dekat. Waktu kecil jarang banget sih ke kebun binatang (-_-‘). Burung-burung dengan kicaunya yang menarik sering sekali kami dengar. Di sini para hewan tidak perlu takut karena masyarakat Pushar pada umumnya adalah vegetarian. Setelah berjalan cukup lama, kami memutuskan untuk duduk sebentar mengatur nafas yang sudah mulai ngos ngosan. Guide menaburkan sedikit biji jagung di sekitar kami. Biji jagung tersebut kami beli di pasar dekat penginapan kami. Tak berapa lama, satu burung datang dan memakan biji tersebut. Dua burung, tiga burung dan segerombolan kecil burung pun datang untuk menikmati cemilan siang mereka. Burung-burung tersebut tampak tidak mempedulikan kami yang duduk hanya berjarak kurang lebih 3 meter dari mereka (paling gak mereka seharusnya bilang makasih kek udah dikasih makan).

burung di pushkar

Perjalanan kami selanjutnya lama-lama menjadi semakin menanjak. Kami akhirnya sampai di sebuah kuil tua yang mempunyai sebuah sumur yang konon katanya airnya tak pernah kering. Seorang Holyman penjaga kuil datang menyambut kedatangan kami. Seorang Holyman sangat mudah untuk dikenali. Mereka pada umumnya memakai pakaian serba kuning atau orange dan janggutnya dibiarkan panjang. Rambutnya mirip sekali dengan Bob Marley yang terkenal dengan gimbalnya. Pokoknya nyentrik abis.

Pemandangan dari Kuil Holy Man

Dari kuil, kita dapat melihat hampir keseluruhan kota pushkar. Kuil ini terletak jauh di atas bukit dan tidak mempunyai listrik. Holyman hanya turun ke kota jika dia mendapatkan undangan makan dari masyarakat. Hidupnya akan dihabiskannya untuk berdoa dan berkelana. Namun sayang sejuta sayang, dalam perjalanan kami di India, kami sering bertemu dengan beberapa orang yang berpura-pura menjadi Holyman dan meminta-minta uang di jalanan. Dalam perjalanan kami kembali pulang, banyak terlihat beberapa perkebunan. Bunga-bunga berwarna warni menghiasi perjalanan kami. Seperti di kota-kota sebelumnya, kami kembali bertemu dengan segerombolan babi.

Kali ini saya tidak bisa menahan rasa penasaran saya. Saya bingung untuk apa masyarakat di sana memelihara babi jikalau mereka adalah vegetarian. Lain ceritanya dengan sapi. Mereka memelihara sapi untuk diambil susunya dan kotorannya pun bisa dijadiin arang buat masak (suer makanan di India enak-enak euy!). Kami pun akhirnya mengetahui alasannya dari Guide kami. TERNYATA, para warga memelihara babi untuk membersihkan sampah sampah yang pada numpuk. OOOOO begitchuuu !!! Mereka menjadi cleaning service alami dan berjasa dengan penguraiannya.

Sore hari di Pushkar adalah salah satu moment yang kami nanti-nantikan. Melihat matahari terbenam di Holy lake adalah salah satu pemandangan yang sangat luar biasa. Kami adalah para pecinta sunset dengan alasan yang sangat sederhana. Yang pertama adalah tentu saja karena sunset memberikan warna keemasannya yang begitu indah dan dapat kita nikmatin secara gratis. Yang kedua, karena kita adalah orang yang pada dasarnya suka bangun siang hehe. Jadi kita lebih bela-belain melihat sunset dari pada sunrise.

Sunset di Holy Lake

Kami menghabiskan malam terakhir kami di Pushkar dengan berjalan-jalan santai di pasar. Kami membeli beberapa syal sebagai oleh-oleh nanti untuk keluarga kami. Kami memilih syal karena harganya yang cukup murah dan tidak memakan banyak tempat di tas (dua syarat khusus untuk kami para backpacker).

Ketika kami pulang, toko-toko sudah pada tutup. Jalanan yang sebelumnya dipenuhi oleh para turis sudah terlihat sepi dan gelap. Kami mempercepat langkah kami untuk segera kembali pulang ke tempat penginapan. TIBA-TIBA kami dikejutkan oleh seorang pemuda jelekk yang datang dari belakang dan merangkul kami. Mendapat perlakuan seperti itu dengan tiba-tiba tentu saja bikin kami kaget setengah mampus. Untung asma akutnya si Amank ga kumat. Bagaimana nanti kalo dia tiba-tiba jantungan dan pingsan. Kan susah nyari gerobak malam-malam. Melihat kami terperanjat, si pemuda jelek itu hanya nyengir dengan lebarnya sambil berkata, “ Hey guys, do you want some fresh marijuana ? Marijuana good stuff.. Good stuff !”

Tanpa basa-basi untuk menjawab pertanyaannya, kami hanya mengerenyitkan dahi dan segera pergi melanjutkan perjalanan. Kejadian ini membuat kami kesal. Seharusnya kan dia ngomongnya sopanan dikit kalo mau jualan atau at least ngasih sample dulu kek (hehe bercandaa).

Dalam perjalanan kami pulang, kami mendengar suara gendang dan nyanyian merdu dari sebuah kuil. Rasa penasaran membuat kami memberanikan diri untuk masuk ke dalam kuil tersebut. Wah.. ternyata ada sebuah acara pernikahan yang sedang berlangsung. Di dalam kuil, para wanita bergerombol dengan pakaian sarinya yang berwarna warni menari mengikuti tabuhan gendang. Mereka berputar-putar dan meloncat-loncat. Persis seperti di film-film India. Tapi kali ini gak pake sembunyi-sembunyian di balik pohon. Segerombolan anak kecil menghampiri kami. Mereka tampak tertarik dengan kami dan  mengajak kami ngobrol. Tak berapa lama kemudian, mereka mulai menarik-narik tangan saya. “ Let’s dance.. Let’s dance..” katanya. Saya bilang bahwa saya gak bisa joget dan salah satu anak kecil itu berkata, “ What ?? You don’t know how to dance ? Come on.. I’ll show you how to dance”. Tangannya pun diangkat ke atas sambil muter-muter kaya gasing. Pada waktu itu saya rada capek karena udah berjalan seharian penuh, saya menolak acara berjojing ria. Sebelum kami meninggalkan kuil tersebut, kami menyempatkan untuk berpoto-poto bareng dengan anak-anak kecil yang lucu-lucu itu.

poto bareng sama anak-anak pushkar^^

Sesuatu yang menurut kami menarik dalam setiap perjalanan adalah di mana kami sering dihadapkan dengan situasi-situasi yang tidak terduga. Ada situasi yang menyenangkan dan ada yang tidak. Semuanya itu dibungkus di dalam satu kemasan dan kami menamakannya “Pertualangan”. Banyak dari pertualangan ini tidak bisa kita dapatkan jika kita mengikuti tour. Tapi dengan pergi sendiri tanpa mengikuti tour atau pun dengan mengikuti tour, dua-duanya mempunya nilai plus dan minusnya masing-masing. Anda tinggal memilih yang mana yang sesuai dengan selera travelling anda.  =)

– Haidy Jauw –

UNTOLD story : Amank

Pagi itu sebenarnya saya bangun labih pagi dari Haidy, saya naik menuju rooftop dan menyaksikan pemandangan pagi dari sana. Terlihat burung-burung bergerombol di atas kuil-kuil, seorang ibu yang sedang membersihkan halaman rumah dan pemilik kedai kopi sedang meramu kopi dagangan. Tak lama kemudian, seorang anak kecil bule datang menghampiri saya, dia bercerita dengan cerewetnya (khas anak-anak amerika) bahwa dia ingin trekking ke Kuil Savitri di atas bukit Ratnagiri, “akan sangat melelahkan tapi semua itu akan terbayar jika kita sudah berada diatas sana” tambahnya. (itulah dasar alasan mengapa kami juga minta diantar trekking ke atas bukit, meskipun tidak sampai ke Kuil Savitri)

Dalam perjalanan trekking, kami turun melalui jalur yang berbeda. kami melalui monkey park. Monyet disana lucu-lucu, jadi ada dua kubu komunitas monyet disana yang saling bersaing dalam segala hal termasuk berebut makanan ( monyet nya main geng2an, dah berasa kaya nonton film Young and Dangerous 😀 )

Disaat sedang menikmati sunset di pinggiran holylake, seorang penduduk setempat menghampiri kami, dia menjelaskan bahwa kami dilarang untuk mengambil poto di tempat itu alasannya ngga bagus buat karma (saat itu saya sedang mencoba membuat timelapse dengan kamera dan tripod terpasang sehingga sangat mencolok sekali). Lalu dia menjelaskan bahwa untuk boleh mengambil gambar, kami diharuskan memakai gelang karma, dan untuk mendapatkan gelang itu, kami diharuskan menjalankan ritual bla..bla.. ribet lah pokoknya. Akhirnya kami memberikan 20 rupee untuk gelang itu tanpa mau menjalani ritual apapun. karena meliat muka kami yang sudah mulai marah, maka orang itu memberikan gelang itu dan pergi menjauh. Masalah gelang karma ini sudah kami ketahui sebelumnya melalui forum2 di internet, biasanya Holy man gadungan itu mencoba memberikan bunga kepada kita untuk dilemparkan ke Holy Lake, jika kita mengambil bunga itu maka kita diwajibkan menjalani ritual yang ribet itu dan tentu saja ujung2nya minta duit dengan alasan “it’s good for your karma” (-.-“).

Btw, saya tidak ada penyakit asmaaaaa !!!

Rincian pengeluaran day 6 :

1. Kacang : Rp. 6.450
2. Sumbangan Kuil Holyman : Rp. 4.300
3. Jasa Guide Trecking : Rp. 107.500
4. Makan Siang : Rp. 48.375
5. Gelang Karma : Rp. 4.300
6. Makan Malam : Rp. 40.850
7. Oleh2 Amank : Rp. 310.000
8. Oleh2 Haidy : Rp. 380.000
9. Warnet Pushkar : Rp. 8.600

Total Pengeluaran : Rp. 910.375