Tanjung Puting National Park

Yiha!

Me Florin, ikutan nimbrung di blog ini ya :). Dengan gaya bahasa ala kadarnya, di harapkan share ini dapat berguna.

Pada tahun 1990-an, saya mengenal Taman Nasional Tanjung Puting melalui hasil dokumentasi perjalanan Mr. Antanius (bokap eke gitu lhow).

Foto – foto tersebut memperlihatkan bokap sdg gendong baby orang utan, then jalan bergandengan tangan dgn orang utan. Sumprit. Saya ngiler berat. Sejak itu, setiap saya mengunjungin tempat wisata – kebun binatang, impian saya yaitu : Foto Dengan Orang Utan. Titik.

December 2010, keinganan saya terwujud.

Personil little trip kali ini adalah : Saya – Tonny. my bf – Fenny. my sis – David. my bro in law. Kami ber-4 sangat antusias dgn pertualangan ini.

Diawalin dengan persiapan kami yg heboh : beli jas hujan, bawa tissue kering dan tissue basah secukup nya, spray anti nyamuk, sleeping bag, sarung, dan yg terakhir (agak sedikit konyol) Fenny dengan semangat 45 nya berniat untuk membawa cover bed tebal yang akan di gunakan sebagai alas tidur (takut takut kalau tidak bisa tidur dengan alas tidur seadanya).

Day 01

Kami berangkat melalui bandara Syamsuddin Noor – BDJ menuju PKN dengan menggunakan pesawat (baling baling) Kalstar. Pesawat tsb hanya menampung 40 seat penumpang.

Setiba nya di pkn, kami menyempatkan diri sebentar untuk berkeliling melihat kota pangkalanbun. Kota ini kecil, budaya nya masih terawat dengan baik (dibuktikan dengan masih ada nya Kerajaan, yg menurut pemandu kami ; kerajaan pkn adalah sepupu dari kerajaan banjarmasin), dan terakhir yang saya ingat adalah : Dimana mana banyak terdapat bangunan sarang burung walet. Hehehehe :p

Setelah cukup untuk melihat pusat kota, kami langsung menuju ke pelabuhan – Kumai. Disana kapal kami sudah menunggu. Saat nya berpetualang dengan kapal kecil.

(Karena kami hanya ber-4 dan menekan ongkos budget, maka kami cukup dengan kapal – yg – terlihat – kecil di bandingkan dengan kapal kapal lain nya.)

Jujur, sebelum kami tiba, saya sempat membayangkan toilet di kapal tidak cukup nyaman. Ternyata saya salah :D. Toilet di kapal punya fasilitas : closet duduk dan shower untuk mandi. Ahay! Rasa nya itu sudah lebih nyaman dr yang saya bayangkan.

Lunch di kapal. Sembari lunch, kami mengarungi Sungai Kumai menuju Sungai Seikonyer. Selama perjalanan, kami di sungguhkan dengan sungai – yang saya rasa tidak ada ujung nya.

Selain itu kami bertemu dengan warga setempat yang sedang memancing, warga setempat yang menggunakan perahu sebagai transportasi air (layak nya di kota kami, Banjarmasin) untuk bekerja, dan yang berkesan bagi saya adalah : kami selalu saling melambai, senyum, say hi setiap kami berpapasan dengan turis asing yg kembali menuju kumai river.

Ada turis yg melambai sambil mengatakan “its good place to visit!” (kurang lebih seperti itu lah ya), membuat saya tidak sabar ingin segera sampai di camp pertama.

Selama perjalanan, hari pertama kami cuaca cerah (padahal sedang musim hujan), dan kami tidak melewatkan kesempatan untuk melihat Bekantan. Ini pertama kali nya saya melihat bekantan asli (bukan boneka dufan atawa di tv). Mereka hidup bergerombol. Dan kami menemukan satu Bekantan Jantan yang hidung nya mancunggg banget. Selain itu kami juga dapat melihat sarang orang utan.
Dimana lagi bisa menikmati pemandangan seperti ini, selain di tntp.

Senja pun tiba, sekitar pk. 6.30pm, kami tiba di camp pertama. Merapat di pinggiran sungai. Overnight di boat merupakan pengalaman pertama kami semua. Dinner yg langsung habis. Ngobrol – bcanda dengan kru kapal adalah moment yg tidak bisa di ulang lg.

Sedikit cerita, sewaktu makan, kami mencium bau ikan asin. Tanpa sungkan, Fenny dengan cengengesan bertanya ke koki kapal kami, apa boleh kami mencicipi ikan asin (yang-mustinya-jadi menu-makanan para kru kapal). Alhasil, menu makanan kami jadi bertambah dan bertambah nikmat pula.

Saat nya tidur..! Oles kaki tangan dan bagian bagian tubuh lain nya dgn spray anti nyamuk. Kelambu di pasang oleh kru kapal. Dan lagi – lagi ini pertama kali nya saya merasakan tidur di dalam kelambu. Tidur di kapal ada enak dan tidak nya.

Tidak enak nya : Kapal berhenti dan tetap bergoyang, sehingga membuat saya agak sedikit mabok, udara panas karena kanan – kiri – muka – belakang kapal kami di tutupi oleh terpal – guna mencegah nyamuk, binatang2 lain nya yang masuk ke dalam kapal. Disini David dan Tonny yg tidak begitu menyukai ular, sangat berharap tidak ada kejadian tamu-tak-di undang tsb masuk mengunjungi kami.

Enak nya : Tidur kami di temanin dengan suara serangga membuktikan bahwa kami benar2 do adventure! Dan saking enaknya, terbukti kami semua tidur dengan nyenyak.

Okay, kok ya banyak tidak enak nya yah. Hehehehe.

Day 02

Bfast di boat. Roti with egg mata sapi.. yummi! Udara pagi yang dingin dan berkabut membuat saya sangat kelaparan. Ga ada yang bisa ngalahin sarapan ditemani dengan suara kicau burung, suara monyet yg sedang berkelahi dan melihat beberapa jenis burung yang saya tidak pernah lihat.

Tiba di camp pertama kami, yaitu Pondok Tanggui, langsung di sambut oleh Rica yang sedang leyeh leyeh di dahan pohon. Disini kami treking selama kurang lbh 10 – 15 menit menuju feeding area. Sampai di feeding area, kami bertemu dengan para wisatawan mancanegara (cuman kami satu2 nya wisatawan lokal). Diantara nya mereka couple yg lg honeymoon, group pecinta foto.

Sayang nya, di camp pertama kami ini, tidak ada satupun orang utan yg turun. Para ranger berteriak memanggil “ouuuuuuuuuuuuuuuu”, dan saya jg mencoba nya sekencang kencang nya teriak dgn harapan “Pliss plissss, turun donggg!” – Hehehe, sia sia bo. Mereka ttp tidak muncul.

Menurut teman pemandu kami, pada saat kami datang adalah musim buah, jadi ada kemungkinan para orang utan lg asik makan buah yg matang di pohon lgs, atau sudah kekenyangan.

Kembali lagi ke kapal kami, untuk melanjutkan perjalanan ke Camp Leakey. Sembari di perjalanan, kami mendengarkan kisah bahwa di Black River, yang kami lewati banyak terdapat buaya. Pernah ada kejadian, turis asing nekat berenang di sungai tersebut (padahal sudah dikasih tau ranger, jangan berenang, ada buaya) tp ngeyel. Akhirnya pok! Ga ketolong lg.

Fenny dan saya sangat penasaran mau liat buaya (tp di satu sisi juga amit2 kalau bisa sih ga ketemu, tapi penasaran juga mau lihat, nah lho bingung.).

Black river ; sesuai dengan namanya. Sungai ini berwarna hitam seperti air teh, Tapi jernih sekali. Kalau kita masukan tangan kita, nampak jelas jemari putih kita terlihat.

Selama perjalanan, kami sempat gugup dengan cuaca yang mendadak berubah jadi mendung. Yap! akhirnya hujan juga.

Tiba di camp leakey, hujan sudah berhenti turun. Kami ber-4 tetap semangat dan antusias untuk segera bertemu dengan orang utan.

Camp Leakey lebih terkenal di bandingkan dengan Tanjung Harapan (village yg ada feeding ; tp kami tdk sempat ke sini), dan Pondok Tanggui. Disini kami mengisi buku tamu di pusat informasi, dan disitu saya melihat cover NG yang baby manusia dengan baby orang utan berada dalam satu ember mandi yang sama (so sweet), juga melihat foto

Princess sendirian mengayuh di jukung (kapal kecil) – dengar dari cerita warga setempat, doi paling suka larutin jukung warga (hehhee).

Selain itu di pos informasi ini, kita dapat melihat mother tree dari para orang utan yg tinggal di rehab ini. Fyi, semua anak orang utan yang lahir di beri nama sesuai dengan huruf depan sang induk. Misal Unyuk punya anak di beri nama : uranus, udik, ursula, untung, dst.

Pintu masuk pertama, kami bertemu dengan Tutut – ibu dari Tom (Raja nya sekarang : sayang kami tidak bertemu dengan tom), dan Siswi. Sedikit cerita mengenai Tutut dan Siswi.

Tutut sebenarnya punya anak kembar (orang utan sama kayak manusia bisa melahir kan anak 1 or 2), tapi sayang nya salah satu nya meninggal. Waktu ketemu Tutut, dia sedang gendong anak nya sambil pegang tongkat panjang. Tongkat panjang tsb di gunakan untuk jaga2 dari keisengan celeng (babi hutan). Di ceritakan babi hutan liar yang berada di lingkungan sana suka iseng gangguin orang utan. Jadi apabila celeng deketin tutut, maka tutut siap2 tongkat buat mukul celeng. Good idea, huh?

Siswi, orang utan betina yg sangat populer dikalangan orang utan jantan lain nya. Bisa dikatakan, siswi primadona nya di camp leakey. Hhahahha lucu ya! Pada saat kami ketemu dengan siswi dan tutut, salah satu warga sedang memberi minum susu. Jadi kami bisa berdekatan dan mengambil beberapa gambar dengan mereka berdua. Ada satu kejadian yg bikin saya sakit perut ketawa oleh ulah siswi. Waktu itu siswi lagi ngaso, santai rebahan di lantai. Dan diam2 dia bangun masuk ke dalam rumah warga, tidak lama 3 orang warga menarik dia keluar. Dan salah satu warga, ada berteriak “siswiiiiii, kenapa gula nya jadi hilanggg??!” rupanya siswi lah yg nyuri (entah ngamburin ke lantai) gula si empunya rumah. Selasin itu siswi jg terkenal dengan pemalas nya untuk bikin sarang sndiri, alhasil dia lebih suka tidur di emperan – teras depan rumah warga setempat atau di atas karung bekas.

Setelah puas bermain dengan siswi dan tutut, kami melanjutkan treking kami menuju feeding area. Treking yg kami lewati cukup asri. Suana sejuk setelah hujan, tidak begitu terik dan kanan kiri kami di sugguhi dengan rumput tinggi yang hijau segar. Selama treking, kami bertemu dengan 1-2 orang utan lainnya. Para ranger pun mengajak mereka “ayu makan ayuk”. Ada salah satu anak orang utan yg manja dan mengandeng ranger sambil berjalan menuju feeding area.

Sesampainya di feeding area, rupanya sudah banyak orang utan berkumpul disitu. Yang kami rasakan adalah kagum dengan pemandangan di depan mata. Belasan atau mungkin puluhan orang utan bergerumbul rebutan untuk minum susu, mengambil pisang or ubi di dalam ember yang disediakan.

Disini saya banyak mendapat cerita lucu tentang masing – masing sifat orang utan. Si Unyuk – preman betina nya disana, yang sdh beberapa kali gigit manusia (saya pun sempat di plototin oleh unyuk gara – gara dekatin Percy), Rani – orang utan tertua disana yang di perkirakan umur nya 48thn. dan Percy orang utan “remaja” yang sangat sering berinteraksi dengan manusia.

Semua orang utan disini memiliki pribadi dan sifat yang berbeda beda layak nya manusia. Juga mempunyai akal akal yang lucu dan gemesin. Kami berusaha untuk menikmati sedetik pun momen yang terjadi.

Waktu terus berjalan, dan saat nya kami pulang untuk overnight kedua kami. Sebelum kami melanjutkan perjalanan, Tonny yang mulai berasa lengket badan nya (sejak pertama tiba sampai pada hari ini, kami tidak mandi, hanya cuci muka dan sikat gigi) berniat untuk mandi. Ini salah satu pengalaman lucu bagi kami, karena mandi menggunakan air black river. Untung nya Tonny yang kami anggap sebagai kelinci percobaan – untuk – ngerasain – air – item, mengatakan okay okay saja air nya (ga gatalan or bau), maka saya pun menunggu giliran untuk mandi – fenny – dan david.

Hiburan bagi kami (lagi), melihat Tonny mandi hanya di tutup papan setinggi leher, sehingga yg bisa keliatan dari posisi kami adalah kepala Tonny saja. Ditambah dengan mesin pompa air yg beberapa kali sempat ngadat, membuat Tonny jadi mati gaya berdiri dgn busa sampo di rambut. Hehehehehe.

Kesan saya setelah mandi, segar. Air sungai hitam sangat segar dan jernih. No wonder, ada turis yg ga bisa nahan diri untuk menyeburkan berenang di black river.

Overnight kedua kami kali ini adalah di Padang Nipah, disini saya dan Fenny, David, Tonny duduk di atas dek kapal sambil menikmati angin malam, bulan yang cerah, dan yg kami tunggu : kunang – kunang! Di padang nipah, kanan kiri kami terdapat banyak sekali kunang kunang. Udah kayak lewatin banyak pohon natal yang kelap kelip deh. Cantik. Dan merupakan pengalaman pertama saya melihat kunang – kunang sebanyak itu.

Btw, Selama perjalanan, Fenny yang ga tahan serangan nyamuk, membungkus diri dengan sarung kayak perampok di malam hari. Hehehhehe. Ini salah satu hiburan kami membuang rasa bosan selama di kapal, yakni berbuat konyol dan saling ngeledek.

Malam kali ini, kami tidur dengan terpal yang terbuka. Tidak seperti malam sebelum nya (berdasarkan pengalaman), maka kami minta untuk membuka sebagian terpal, agar angin tetap dapat masuk. Tidur di dalam kelambu, masih mabok, dan tidur nyenyak.

Day 03

Besok pagi nya pk. 0600 am, kami siap – siap unutk menuju pelabuhan kumai dan kembali ke Banjarmasin. Tiba di pelabuhan, kami menyempatkan untuk foto bersama dengan kru kapal dan pemandu (sekaligus partner) kami.

Back to BDJ soon.

Saya berharap, Taman Nasional Tanjung Puting ini bisa tetap dapat di lestarikan sampai selamanya. Berharap, tidak ada lagi penembakan orang utan liar dan merusak alam kita. Pendiri TNPT,

Prof. Dr. Birute Galdikas (yang bukan orang indonesia asli, tapi sekarang sudah jadi WNI) saja peduli dengan orang utan di Indonesia, masa kita yang warga negara asli tidak peduli? Please. Save the Orang Utans.

Semoga 5-6 thn ke depan, saya akan bisa kembali lagi mengunjungi TNTP. See u soon Percy 🙂

Sedikit info dari saya :

BDJ – PKN bisa melalui darat yakni 12-15 jam, dengan route banjarmasin – sampit – pangkalanbun – Angkutan umum diperkirakan sekitar 200 – 250rb/org/one way.

BDJ – PKN bisa juga ditempuh melalui udara, dengan menggunakan pesawat Kalstar – untuk harga sekarang Rp. 760rb/org/one way.

Kapal bisa di sewa di pelabuhan kumai langsung, 700rb – 800rb per hari. Sudah termasuk sarapan pagi – makan siang – makan malam dan snack.

Kebanyakan turis yang mau ke Taman Nasional Tanjung Puting ini wajib menggunakan jasa guide warga setempat. Karena dari situlah mereka bisa mendapatkan penghasilan. Untuk fee guide, bisa di nego sendiri start from Rp. 250.000,- per hari.

Untuk kamera besar seperti kamera SLR akan dikenakan Rp. 50.000,- per kamera.

Jangan lupa untuk bawa spray anti nyamuk, karena nyamuk nya disana “Luaarrr biasaaa” bentol nya ga bakal hilang sampai 2 minggu lebih (pengalaman pribadi).

Gunakan sepatu atau sandal yang nyaman untuk tracking.

Semoga bermanfaat.

Salam Kuluk Kuluk.
Florin Valentina